Minggu, 27 Juni 2010
16 Besar, Dejavu 1966 tidak lagi Memihak Inggris
Perjuangan Inggris di babak 16 besar, yang mulai mengalami perbaikan pada performa permainannya, akhirnya dihentikan oleh tim sesama Eropa, Jerman.
Sebenarnya, Inggris telah berulang kali bertemu dengan Jerman dengan statistik head to head masih unggul Inggris dengan 12 kemenangan dan 10 kemenangan untuk Jerman.
Namun, di Piala Dunia 2010 ini, tepatnya di Free State Stadium Mangaung/Bloemfontein, 26 Juni 2010, Inggris dengan sangat kecewa harus mengakui keunggulan Jerman dari berbagai aspek.
Inggris berhasil 'dihancurkan' Jerman dengan skor telak 1-4 (1-2), dengan gol-gol Jerman diciptakan oleh Klose (menit ke-20), Lukas Podolski (32) dan Thomas Mueller memboyong 2 gol (67 dan 70), yang sebelumnya Matt Upson berhasil memperkecil kedudukan di menit ke-37.
Sebenarnya Inggris mampu menyamakan skor menjadi 2-2 pada saat kedudukan masih 1-2 untuk keunggulan Jerman, namun wasit Jorge Larrionda dari Uruguay menganulir gol yang sebenarnya tercipta, berkat sepakan keras Lampard di dalam kotak penalti pada menit ke-38. Sebelum gol dianulir, menit ke-38, Lampard menendang bola keras di dalam kota penalti, bola terkena tiang atas gawang, kiper Jerman, Neuer tidak bisa menggapai bola, yang kemudian bola memantul kebawah dengan melewati garis tengah gawang yang akhirnya setelah memantul, Neuer berhasil menangkap bola. Hakim garis menyatakan bola tidak masuk ke gawang dan bukan gol dan Wasit Larrionda pun mengiyakan keputusan hakim garis.
Dejavu . . . . . . itulah kata yang tepat untuk menggambarkan gol yang dianulir wasit dari sepakan Lampard tersebut. Namun kenyataannya agak berbeda. Dulu, di Piala Dunia 1996, dimana Inggris bertindak sebagai tuan rumah, di partai final melawan Jerman Barat (sebelum Jerman bersatu), lewat tendangan Geoff Hurst, bola sepakannya terkena tiang atas gawang yang kemudian memantul kebawah dan wasit pun mengesahkannya menjadi gol. Namun setelah dilakukan reka ulang, bola tidak pernah melewati garis tengah gawang, setelah terjadinya pantulan dari tiang atas gawang, tetapi bola hanya menyentuh daerah luar garis tengah gawang tersebut.
Yang terjadi di Piala Dunia 2010, bola sepakan Lampard, setelah memantul kebawah dari tiang atas gawang, berkat teknologi layar lebar di stadion, bola benar-benar telah melewati garis tengah gawang dan itupun sah bisa menjadi gol, namun hakim garis dan wasit malah menganulir gol tersebut.
Ternyata Dejavu tidak lagi memihak Inggris, dan yang terjadi Jerman berhasil balas dendam atas apa yang telah terjadi di tahun 1966.
Kembali ke hasil pertandingan Jerman kontra Inggris.
Secara materi pemain kedua kubu sama-sama berimbang dan berkualitas, namun strategi pelatihlah yang menentukan hasil akhir. Inggris terlihat sangat renggang di lini pertahanan, berkali-kali pemain depan Jerman sangat mudah menembus lini pertahanan Inggris. Tidak adanya Rio Ferdinand semakin memperburuk performa Inggris di lini pertahanan. John Terry dan Matt Upson yang bertugas sebagai center back tidak mampu berbuat banyak menahan gempuran pemain-pemain Jerman yang mayoritas masih muda.
Jerman memiliki counter attack yang ampuh, nampak 2 gol Thomas Mueller yang terjadi di babak kedua hasil kreasi dari serangan balik yang sangat sulit untuk diantisipasi oleh Inggris.
Untuk pertandingan babak perempatfinal yang akan datang, akan mempertemukan Jerman dengan pemenang dari pertandingan antara Argentina kontra Meksiko.
Kita tunggu saja beberapa kejutan-kejutan lagi ..... !!!!
Image : fifa.com
Sebenarnya, Inggris telah berulang kali bertemu dengan Jerman dengan statistik head to head masih unggul Inggris dengan 12 kemenangan dan 10 kemenangan untuk Jerman.
Namun, di Piala Dunia 2010 ini, tepatnya di Free State Stadium Mangaung/Bloemfontein, 26 Juni 2010, Inggris dengan sangat kecewa harus mengakui keunggulan Jerman dari berbagai aspek.
Inggris berhasil 'dihancurkan' Jerman dengan skor telak 1-4 (1-2), dengan gol-gol Jerman diciptakan oleh Klose (menit ke-20), Lukas Podolski (32) dan Thomas Mueller memboyong 2 gol (67 dan 70), yang sebelumnya Matt Upson berhasil memperkecil kedudukan di menit ke-37.
Sebenarnya Inggris mampu menyamakan skor menjadi 2-2 pada saat kedudukan masih 1-2 untuk keunggulan Jerman, namun wasit Jorge Larrionda dari Uruguay menganulir gol yang sebenarnya tercipta, berkat sepakan keras Lampard di dalam kotak penalti pada menit ke-38. Sebelum gol dianulir, menit ke-38, Lampard menendang bola keras di dalam kota penalti, bola terkena tiang atas gawang, kiper Jerman, Neuer tidak bisa menggapai bola, yang kemudian bola memantul kebawah dengan melewati garis tengah gawang yang akhirnya setelah memantul, Neuer berhasil menangkap bola. Hakim garis menyatakan bola tidak masuk ke gawang dan bukan gol dan Wasit Larrionda pun mengiyakan keputusan hakim garis.
Dejavu . . . . . . itulah kata yang tepat untuk menggambarkan gol yang dianulir wasit dari sepakan Lampard tersebut. Namun kenyataannya agak berbeda. Dulu, di Piala Dunia 1996, dimana Inggris bertindak sebagai tuan rumah, di partai final melawan Jerman Barat (sebelum Jerman bersatu), lewat tendangan Geoff Hurst, bola sepakannya terkena tiang atas gawang yang kemudian memantul kebawah dan wasit pun mengesahkannya menjadi gol. Namun setelah dilakukan reka ulang, bola tidak pernah melewati garis tengah gawang, setelah terjadinya pantulan dari tiang atas gawang, tetapi bola hanya menyentuh daerah luar garis tengah gawang tersebut.
Yang terjadi di Piala Dunia 2010, bola sepakan Lampard, setelah memantul kebawah dari tiang atas gawang, berkat teknologi layar lebar di stadion, bola benar-benar telah melewati garis tengah gawang dan itupun sah bisa menjadi gol, namun hakim garis dan wasit malah menganulir gol tersebut.
Ternyata Dejavu tidak lagi memihak Inggris, dan yang terjadi Jerman berhasil balas dendam atas apa yang telah terjadi di tahun 1966.
Kembali ke hasil pertandingan Jerman kontra Inggris.
Secara materi pemain kedua kubu sama-sama berimbang dan berkualitas, namun strategi pelatihlah yang menentukan hasil akhir. Inggris terlihat sangat renggang di lini pertahanan, berkali-kali pemain depan Jerman sangat mudah menembus lini pertahanan Inggris. Tidak adanya Rio Ferdinand semakin memperburuk performa Inggris di lini pertahanan. John Terry dan Matt Upson yang bertugas sebagai center back tidak mampu berbuat banyak menahan gempuran pemain-pemain Jerman yang mayoritas masih muda.
Jerman memiliki counter attack yang ampuh, nampak 2 gol Thomas Mueller yang terjadi di babak kedua hasil kreasi dari serangan balik yang sangat sulit untuk diantisipasi oleh Inggris.
Untuk pertandingan babak perempatfinal yang akan datang, akan mempertemukan Jerman dengan pemenang dari pertandingan antara Argentina kontra Meksiko.
Kita tunggu saja beberapa kejutan-kejutan lagi ..... !!!!
Image : fifa.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
coach factory outlet
BalasHapusair jordan
supreme clothing
converse outlet store
louboutin shoes
bape hoodie
kyrie 5 shoes
nike air max 2017
jordan 12
golden goose sneakers