Minggu, 13 Juni 2010
Blunder Green, Kubur Inggris Raih Point Penuh
Faktor Angka 4.
di Rustenburg stadium, sebenarnya asa pada menit ke-4 oleh Steven Gerrard yang bernomor punggung 4 dengan golnya yang menerima assist dari Heskey semakin memberi spirit kemenangan bagi Inggris dalam laganya melawan Amerika Serikat. Namun, meski tidak dalam performa terbaik, para pemain Inggris, yang mengandalkan bola-bola panjang dan bola-bola atas khas kick 'n rush, masih mampu meladeni permainan Amerika Serikat (AS) yang kadang-kadang terbawa arus bola cepat Inggris.
Tapi statistik membuktikan bahwa AS unggul atas penguasaan bola, hampir 60 % bola dikuasai pemain AS.
Nampak sepanjang 2 babak pertandingan, Inggris tidak optimal dalam skema yang diterapkan, karena seringnya Inggris kehilangan bola, alur passing yang sering putus-putus, operan yang terlalu "tanggung", bola-bola panjang yang mudah 'dibaca' oleh para pemain AS. Membuat pemain sekaliber Rooney, Ashley Cole, Lampard, Gerrard, Wright Phillips, Aaron Lenon, Emile Heskey tidak bisa berbuat banyak.
Adakah kesalahan strategi yang 'diperintahkan' sang Don Fabio ?
Mungkin ada kesalahan strategi, lagi-lagi strategi yang bikin biang kegagalan terjadi lagi.
Apalagi belum adanya adaptasi dari seorang Ledley King yang menggantikan posisi sentral defender seniornya, Rio Ferdinand yang cedera.
Meski adanya gol cepat yang dibuat Steven Gerrard (nomor punggung 4) pada menit ke-4, tidak mampu memperbaiki performa permainan, malah Inggris terkesan didikte oleh alur permainan AS, sehingga akhirnya malapetaka datang, sebuah blunder yang memang tidak perlu terjadi, telah dilakukan kiper yang masih 'miskin' pengalaman di pentas dunia, Robert Green, yang berusaha menangkap dan mendekap bola namun bola lepas dari tangannya dan menggelinding masuk garis gawang, yang berasal dari sepakan yang relatif keras dari Clint Dempsey (pada menit ke 40) semakin mengubur jauh-jauh harapan untuk memenangkan pertandingan.
Namun skipper Inggris, Steven Gerrard berusaha menenangkan Green yang telah melakukan blunder tersebut.
Meski telah dilakukan pergantian pemain di kubu Inggris, Peter Crouch, Wright Philllips dan Carragher yang masing-masing menggantikan Heskey, Milner dan Ledley King, tetap tidak bisa membuat taktik serangan bisa menjadi lebih baik. Justru kesan serangan monoton yang tetap ditunjukkan Inggris. Alhasil, skor 1-1 harus puas diperoleh, meskipun Fabio Capello tetap menargetkan kemenangan pada pertandingan kontra AS tersebut.
Meski bermain tidak pada top form-nya, pada babak II, Inggris tetap mampu memborbardir pertahanan AS yang dikawal Tim Howard. Kerap para pemain Inggris, seperti Rooney, Wright Phillips, Gerrard dan yang lainnya tetap mampu menembakkan bola ke gawang AS, namun malam itu adalah malamnya Tim Howard, dia mampu dengan sigap menahan, menangkap dan meredam setiap bola yang disepakkan kearahnya. Pantas saja, FIFA memilih Tim Howard sebagai Man of The Match pada laga Inggris kontra AS tersebut.
Kehadiran David Beckham yang duduk di bench, tidak mampu menambah pelecut semangat para pemain Inggris. Kerap Beckham disorot kamera lapangan yang kebanyakan menunjukkan mimik yang tegang karena tidak yahudnya permainan Inggris pada malam itu.
Untuk pelatih AS, Bob Bradley, hasil seri melawan Inggris adalah kepuasan tersendiri. Karena dengan hasil seri tersebut, AS semakin percaya diri menatap pertandingan-pertandingan lain dengan lawan yang relatif ringan ketimbang Inggris yaitu Slovenia dan Aljazair dan dia berharap AS mampu melenggang ke babak selanjutnya dengan mulus.
Selanjutnya Inggris akan bertemu dengan Aljazair di Cape Town sedangkan AS akan bertemu dengan Slovenia di Johannesburg.
Image : fifa.com
di Rustenburg stadium, sebenarnya asa pada menit ke-4 oleh Steven Gerrard yang bernomor punggung 4 dengan golnya yang menerima assist dari Heskey semakin memberi spirit kemenangan bagi Inggris dalam laganya melawan Amerika Serikat. Namun, meski tidak dalam performa terbaik, para pemain Inggris, yang mengandalkan bola-bola panjang dan bola-bola atas khas kick 'n rush, masih mampu meladeni permainan Amerika Serikat (AS) yang kadang-kadang terbawa arus bola cepat Inggris.
Tapi statistik membuktikan bahwa AS unggul atas penguasaan bola, hampir 60 % bola dikuasai pemain AS.
Nampak sepanjang 2 babak pertandingan, Inggris tidak optimal dalam skema yang diterapkan, karena seringnya Inggris kehilangan bola, alur passing yang sering putus-putus, operan yang terlalu "tanggung", bola-bola panjang yang mudah 'dibaca' oleh para pemain AS. Membuat pemain sekaliber Rooney, Ashley Cole, Lampard, Gerrard, Wright Phillips, Aaron Lenon, Emile Heskey tidak bisa berbuat banyak.
Adakah kesalahan strategi yang 'diperintahkan' sang Don Fabio ?
Mungkin ada kesalahan strategi, lagi-lagi strategi yang bikin biang kegagalan terjadi lagi.
Apalagi belum adanya adaptasi dari seorang Ledley King yang menggantikan posisi sentral defender seniornya, Rio Ferdinand yang cedera.
Meski adanya gol cepat yang dibuat Steven Gerrard (nomor punggung 4) pada menit ke-4, tidak mampu memperbaiki performa permainan, malah Inggris terkesan didikte oleh alur permainan AS, sehingga akhirnya malapetaka datang, sebuah blunder yang memang tidak perlu terjadi, telah dilakukan kiper yang masih 'miskin' pengalaman di pentas dunia, Robert Green, yang berusaha menangkap dan mendekap bola namun bola lepas dari tangannya dan menggelinding masuk garis gawang, yang berasal dari sepakan yang relatif keras dari Clint Dempsey (pada menit ke 40) semakin mengubur jauh-jauh harapan untuk memenangkan pertandingan.
Namun skipper Inggris, Steven Gerrard berusaha menenangkan Green yang telah melakukan blunder tersebut.
Meski telah dilakukan pergantian pemain di kubu Inggris, Peter Crouch, Wright Philllips dan Carragher yang masing-masing menggantikan Heskey, Milner dan Ledley King, tetap tidak bisa membuat taktik serangan bisa menjadi lebih baik. Justru kesan serangan monoton yang tetap ditunjukkan Inggris. Alhasil, skor 1-1 harus puas diperoleh, meskipun Fabio Capello tetap menargetkan kemenangan pada pertandingan kontra AS tersebut.
Meski bermain tidak pada top form-nya, pada babak II, Inggris tetap mampu memborbardir pertahanan AS yang dikawal Tim Howard. Kerap para pemain Inggris, seperti Rooney, Wright Phillips, Gerrard dan yang lainnya tetap mampu menembakkan bola ke gawang AS, namun malam itu adalah malamnya Tim Howard, dia mampu dengan sigap menahan, menangkap dan meredam setiap bola yang disepakkan kearahnya. Pantas saja, FIFA memilih Tim Howard sebagai Man of The Match pada laga Inggris kontra AS tersebut.
Kehadiran David Beckham yang duduk di bench, tidak mampu menambah pelecut semangat para pemain Inggris. Kerap Beckham disorot kamera lapangan yang kebanyakan menunjukkan mimik yang tegang karena tidak yahudnya permainan Inggris pada malam itu.
Untuk pelatih AS, Bob Bradley, hasil seri melawan Inggris adalah kepuasan tersendiri. Karena dengan hasil seri tersebut, AS semakin percaya diri menatap pertandingan-pertandingan lain dengan lawan yang relatif ringan ketimbang Inggris yaitu Slovenia dan Aljazair dan dia berharap AS mampu melenggang ke babak selanjutnya dengan mulus.
Selanjutnya Inggris akan bertemu dengan Aljazair di Cape Town sedangkan AS akan bertemu dengan Slovenia di Johannesburg.
Image : fifa.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wah.. baru silaturrahmi lagi nih...
BalasHapusmaju indonrsia, kapan indonesia main piala dunia nijh?
BalasHapus