Kamis, 16 Juli 2009

Santet itu Ada

Santet Kasar, hasilnya selalu kepada fungsi kesehatan. Seperti kepala pusing, sakit kulit, gejala keracunan, badan lemas tidak bertenaga, pendarahan dan semua gejala raga bisa saja terjadi.
Sedang Santet Halus, hasilnya selalu kepada psikologis penerimanya. Tetapi ingat, karena pikiran juga menguasai tubuh, maka bisa saja, walaupun fisiknya tidak terdapat kelainan apapun, tetapi sipenerima akan merasakan gangguan yang sangat kepada fungsi tubuhnya.

Jadi ketika dibawa kedokter dan dilakukan pemeriksaan medis, maka realitasnya tidak ditemukan penyakit. Memang tidak akan ditemukan penyakit, karena yang diserang adalah pikirannya.
Contoh hasil dari santet halus, seperti semua penyakit yang tidak bisa dideteksi secara medis. Nightmare atau mimpi seram. Halusinasi, seperti melihat fenomena penampakan makhluk gaib, mendengar suara-suara yang tidak jelas, memanggil-manggil nama kita, atau menyuruh kita melakukan sesuatu. Bahkan sampai melakukan aktifitas seksual atau bunuh diri.
Memang kategori Santet Halus yang sesungguhnya sangat berbahaya, walaupun keduanya sama bahayanya. Nah, kembali kepertanyaan awal, kenapa saya percaya adanya santet.
Pertama, diluar apapun. Dengan percaya adanya santet, membuat kita senantiasa waspada atau eling. Artinya, dengan meningkatkan iman dan taqwa kita, senantiasa memohon perlindungan keselamatan dari Allah SWT untuk diri kita dan keluarga. Ini bagus dalam kaitan riyadhoh kepada Allah.
Kedua, kita senantiasa berusaha menjaga sikap dan prilaku kita. Menghindari permusuhan dsb. Tetapi sialnya, kadangkala pengirim santet tidak peduli, bagaimanapun baiknya sikap kita kepadanya, rasa sirik dan dengki kadang melebihi segalanya. Disinilah peran yang pertama tadi sangat berperan.
Melawan Santet ??
Santet dilawan? Ini tergantung kepada cara kita bersikap. Melawan santet bisa dengan banyak cara, dari yang paling aman seperti dengan cara diatas. Kemudian berikhtiar mencari orang pintar untuk mengembalikan/mengatasi kiriman santet. Atau sampai yang paling ekstrim, mencari orang yang kita yakini sebagai pengirimnya (Masya Allah, itu bisa fitnah, dan su’udzhon) atau bisa juga kita tidak peduli. Terserah mana yang ingin kita pilih.
Saya punya pandangan lain dalam kiat menghadapi santet. Khususnya Santet Halus ini. Menurut saya, percuma santet dilawan (kecuali dengan cara yang aman diatas), karena kita akan capai/lelah menghadapinya. Karakter pengirim biasanya pendendam. Jadi kalau sipengirim tidak berhasil, maka ia akan meminta tolong gurunya, dan demikian seterusnya. Apa kita mau menghabiskan waktu dan biaya serta tenaga untuk menghadapi hal-hal seperti itu? Dimana kita akan terus dirongrong oleh sipengirim, sampai ia merasa puas dan tujuannya tercapai. Seperti membuat kita tidak bahagia, senantiasa waswas. Harta habis buat berikhtiar dan banyak motivasi lainnya.
Ikhtiar saya yang paling aman untuk menghadapi santet adalah “menerimanya”. Lho, kok santet diterima, susah dong kita nantinya? Mungkin itu pertanyaan anda. Betul, kalau melihat tujuan sipengirim santet, maka agar tujuannya terpenuhi, maka setiap santet yang menyerang kita harus kita “terima”. Kalau tidak, ya siap-siap saja untuk menerima serangan berikutnya, dan terus dan terus begitu.
Nah, yang perlu disiasati adalah bagaimana cara menerima santet tersebut. Bukan begitu?
Begini logika cara kerjanya. Pertama, buatlah “DUMMY” diri kita dan keluarga. Dummy ini adalah yang nantinya menjadi Image/Citra diri kita dalam bentuk objek tertentu, biasanya berbentuk boneka sederhana dari kain dan kapas. Kemudian, “Isikan” Dummy tersebut dengan Hawa/Aura diri kita dan keluarga. Kemudian “program” dummy tersebut agar seolah “hidup”. Nah, setiap serangan gaib, nantinya akan diterima oleh dummy kita tersebut. Dan sipengirim akan “merasa” seolah kirimannya telah sampai. Simpelkan? Anda bisa tidur nyenyak, senantiasa berdoa memohon keselamatan dari Allah SWT. Dan Hidup TENANG.
Bagaimana dengan sipengirim? Jangan dipusingkan, kalau sidukun bilang santetnya sudah sampai, maka ia harus bayar ongkosnya kepada sidukun tadi. Kalau ngeliat kitanya tidak apa-apa, palingkan dia cari dukun lain, dan begitu terus. Akhirnya yang pusing ya dia, yang habis duitnya ya dia. Kalau duit udah habis, pikiran pusing kan yang sengsara juga dia. He..he..he.. Bagaimana detil cara membuat Dummy tersebut?
Nah, disini dibutuhkan laku spiritual tertentu untuk “menghidupkan” dummy yang telah kita buat. Tetapi ingat, cara ini hanya untuk mencegah, jadi bila yang sudah kena ya harus diobati dulu.

Sumber : Berita (kiarjuna.com), gambar (fitrahfitri.wordpress.com)

.

.

.

ARTIKEL TERKAIT ADA DIBAWAH SPONSOR (DIBAWAH INI).

Artikel Terkait



0 komentar:

Posting Komentar