Senin, 20 Juli 2009

Isra' Mi'raj, perjalanan suci Rasulullah SAW

Nabi Muhammad telah diisra’kan oleh Allah, bukan isra’ dengan sendirinya, yang dimulai dari Masjidil Haram (tempat berpusatnya kiblat umat Muslim), diiringi oleh Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail, kemudian berkesudahan di Masjidil Aqsha, Palestina (tempat / pusat kegiatan Nabi Isa, Nabi Musa dan Nabi-Nabi yang lainnya lagi) dengan mengendarai Buraq.
Imam Bukhari mengatakan dalam Kitab Shahihnya, Babul Mi’raj, telah diceritakan kepada kami oleh Hadibah Ibnu Khalid (katanya) : Telah diceritakan kepada kami oleh Hammam bin Yahya (katanya) : Telah diceritakan kepada kami oleh Qatadah dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha’sha’ah ra. bahwa Nabi Muhammad saw telah bercerita kepada mereka tentang malam dimana diisra’kan. Beliau bersabda yang artinya :
“Ketika aku sedang berada di Hathim (dan ada pula beliau berkata di Hijr), sedang berbaring, tiba-tiba aku didatangi oleh seseorang, lalu ia memotong. “Berkata Qatadah, “Aku mendengar Anas berkata, “Lalu ia (pendatang) itu membelah diantara ini dan ini.’

Aku berkata kepada Jarud – yang berada disampingku – “Apakah yang dimaksud dengan itu?!” Ia menjawab, “dari bawah lehernya sampai ke bulu ari-arinya”. Dan aku mendengar ia berkata, “dari atas dadanya sampai ke bulu ari-arinya.” – Sabda Nabi : “Lalu orang itu mengeluarkan hatiku. Kemudian aku dibawakan sebuah bejana dari emas berisi iman. Lalu dicucilah hatiku, lantas diisi dengan iman kemudian dikembalikan. Kemudian didatangkan seekor binatang yang tubuhnya lebih kecil daripada baghal dan lebih besar daripada himar (keledai), putih rupanya. Lalu Jarud berkata kepadanya, “Itu ialah Buraq, ya Aba Hamzah.” Anas berkata, “Ya, binatang itu sekali melangkah sejauh mata memandang.” Lalu aku (kata Nabi) dinaikkan ke atas binatang itu. Kemudian Jibril membawa aku sampai ke langit dunia (langit pertama), lantas ia meminta dibukakan. Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?” Jawab Jibril, “Jibril” Dia ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu itu?”, Jibril menjawab, “Muhammad” Penjaga itu bertanya lagi, “Apakah ia telah dipanggil untuk menghadap?” Jibril Menjawab, “Ya.” Maka diucapkan oleh penjaga langit itu kata sambutan, “Selamat datang baginya, sebaik-baik orang yang datang telah datang.” Lalu penjaga langit itu membuka langit itu. Ketika aku melalui langit itu, maka disana terdapat Adam as. Maka Jibril berkata, “Ini ayah engkau, Adam, ucapkanlah salam kepadanya”. Lalu aku mengucapkan salam kepada Adam, lalu ia menjawab salamku, lantas berkata, “Selamat datang anak yang shaleh dan Nabi yang shaleh.”
Kemudian Jibril bersama aku naik ke langit kedua, lalu Jibril pun meminta untuk dibukakan. Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?” Jawab Jibril, “Jibril” Dia ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu itu?”, Jibril menjawab, “Muhammad” Penjaga itu bertanya lagi, “Apakah ia telah dipanggil untuk menghadap?” Jibril Menjawab, “Ya.” Maka diucapkan oleh penjaga langit itu kata sambutan, “Selamat datang sebaik-baik orang yang datang.” Lalu penjaga langit itu membuka langit itu. Ketika aku melalui langit itu, aku melihat Yahya dan Isa, mereka berdua adalah sepupu dari pihak bibi mereka. Maka Jibril berkata, “Ini Yahya dan Isa, berilah salam kepada mereka berdua”. Maka aku pun mengucapkan salam kepada keduanya dan mereka pun membalas salamku, lalu mereka berkata, “Selamat datang saudaraku yang shaleh dan Nabi yang shaleh.”
Kemudian Jibril selanjutnya membawa aku sampai ke langit ketiga, lantas ia meminta dibukakan. Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?” Jawab Jibril, “Jibril” Dia ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu itu?”, Jibril menjawab, “Muhammad” Penjaga itu bertanya lagi, “Apakah ia telah dipanggil untuk menghadap?” Jibril Menjawab, “Ya, benar.” Maka diucapkan oleh penjaga langit itu kata sambutan, “Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang.” Lalu penjaga langit itu membuka langit itu. Ketika aku melalui langit itu, maka disana terdapat Yusuf as. Maka Jibril berkata, “Ini Yusuf, sampaikanlah salam kepadanya”. Aku pun mengucapkan salam kepada Yusuf, lalu ia menjawab salamku, “Selamat datang bagi saudaraku yang shaleh dan Nabi yang shaleh”.
Kemudian Jibril selanjutnya membawa aku sampai ke langit keempat, lantas ia meminta dibukakan. Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?” Jawab Jibril, “Jibril” Dia ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu itu?”, Jibril menjawab, “Muhammad” Penjaga itu bertanya lagi, “Apakah ia dipanggil untuk menghadap?” Jibril Menjawab, “Ya, benar sekali.” Maka diucapkan oleh penjaga langit itu kata sambutan, “Selamat datang, berbahagialah orang yang datang.” Lalu penjaga langit itu membuka langit itu. Ketika sampai melalui langit itu, maka disana terdapat Idris as. Maka Jibril berkata, “Ini Idris, sampaikanlah salam kepadanya”. Aku pun mengucapkan salam kepada Idris as, lalu ia menjawab salamku dengan ucapan, “Selamat datang saudaraku yang shaleh dan Nabi yang shaleh”.
Kemudian Jibril selanjutnya membawa aku sampai ke langit kelima, lantas ia meminta dibukakan pintu langitnya. Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?” Jawab Jibril, “Jibril” Dia ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu itu?”, Jibril menjawab, “Muhammad” Penjaga itu bertanya lagi, “Apakah ia telah dipanggil untuk menghadap?” Jibril Menjawab, “Ya, benar.” Maka diucapkan oleh penjaga langit itu kata sambutan, “Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang.” Lalu penjaga langit itu membuka langit itu. Ketika aku melalui langit itu, maka disana terdapat Harun as. Maka Jibril berkata, “Ini Harun, sampaikanlah salam kepadanya”. Aku pun mengucapkan salam kepada Harun as, lalu ia menjawab salamku, “Selamat datang bagi saudaraku yang shaleh dan Nabi yang shaleh”.
Kemudian Jibril selanjutnya membawa aku sampai ke langit keenam, lantas ia meminta dibukakan. Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?” Jawab Jibril, “Jibril” Dia ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu itu?”, Jibril menjawab, “Muhammad” Penjaga itu bertanya lagi, “Apakah ia telah dipanggil untuk menghadap?” Jibril Menjawab, “Ya,” Penjaga langit itu pun mengucapkan kata sambutan, “Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang.” Lalu penjaga langit itu membuka langit itu. Ketika aku melalui langit itu, maka disana terdapat Musa as. Maka Jibril berkata, “Ini Musa as, sampaikanlah salam kepadanya”. Aku pun mengucapkan salam kepada Musa, lalu ia menjawab salamku, “Selamat datang bagi saudaraku yang shaleh dan Nabi yang shaleh”. Tatkala aku melanjutkan perjalananku, Musa as menangis, lalu ia ditanya, “Mengapa engkau menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena seorang yang muda diutus sesudahku dan dari ummatnya yang masuk surga adalah ummat yang lebih banyak daripada ummatku”.
Kemudian Jibril selanjutnya membawa aku sampai ke langit ketujuh, lantas ia meminta dibukakan. Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?” Jawab Jibril, “Jibril” Dia ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu itu?”, Jibril menjawab, “Muhammad” Penjaga itu bertanya lagi, “Apakah ia telah dipanggil untuk menghadap?” Jibril Menjawab, “Ya, benar.” Maka diucapkan oleh penjaga langit itu kata sambutan, “Selamat datang baginya, sebaik-baik orang yang datang.” Lalu penjaga langit itu membuka langit itu. Ketika aku melalui langit itu, maka disana terdapat Ibrahim as. Maka Jibril berkata, “Ini Ibrahim as, ini ayahmu, maka ucapkanlah salam kepadanya”. Aku pun mengucapkan salam kepada Ibrahim as, lalu ia menjawab salamku, “Selamat datang bagi anakku yang shaleh dan Nabi yang shaleh”.
Kemudian diperlihatkan kepadaku oleh Jibril, Sidratul Muntaha yang buahnya seperti labu Hajar *) dan daunnya seperti telinga-telinga gajah. Jibril berkata, “Ini Sidratul Muntaha”. Terdapat disitu empat sungai, dua sungai berada didalam dan dua sungai nampak dari luar. Maka aku bertanya kepada Jibril, “Apakah kedua-duanya ini wahai Jibril?” Jibril menjawab, “dua sungai yang terbit didalam itu dua sungai yang di surga, dan dua sungai yang terbit diluar itu ialah sungai Nil dan sungai Furat **). Kemudian diperlihatkan kepadaku Baitul Ma’mur. Kemudian didatangkan kepadaku sebuah bejana berisi arak, sebuah bejana berisi susu dan sebuah bejana beris madu. Lalu aku mengambil bejana yang berisi susu. Maka Jibril berkata, “Inilah kesucian yang engkau dan ummatmu berada diatasnya”. Kemudian diwajibkan atasku shalat lima puluh kali sehari semalam. Lalu aku kembali turun dan berjalan melalui Musa as, lantas ia bertanya. “Apakah yang diperintahkan kepadamu?” Nabi menjawab, “Aku diperintahkan melaksanakan shalat lima puluh kali setiap hari”. Musa berkata, “ sesungguhnya ummatmu tidak sanggup melakukan lima puluh kali shalat setiap harinya, dan sesungguhnya aku, demi Allah, telah mencoba manusia sebelum engkau dan aku pernah merawat Bani Israil dengan perawatan yang betul-betul, karena itu kembalilah kepada Tuhan-mu dan mohonlah daripada-Nya keringanan untuk ummatmu”. Lalu aku kembali, kemudian Allah memberi keringanan sepuluh. Kemudian aku kembali kepada Musa as, lalu ia berkata lagi seperti tadi. Maka aku pun kembali menghadap kepada Allah, lalu dikurangi sepuluh lagi. Aku kembali lagi kepada Musa, dan ia pun berkata seperti semula. Maka aku kembali kepada Allah, lalu diperintahkan atasku sepuluh kali shalat setiap hari. Kembali lagi aku kepada Musa dan ia berkata seperti perkataannya semula. Lalu aku kembali menghadap kepada Allah, maka diperintahkan kepadaku lima kali shalat setiap hari. Aku kembali kepada Musa, lalu ia bertanya, “Apakah yang diperintahkan kepadamu?” Aku menjawab, “aku telah diperintahkan melakukan lima kali shalat dalam setiap hari”. Musa berkata, “sesungguhnya ummatmu tidak sanggup melakukan lima kali shalat setiap harinya, dan sesungguhnya aku telah mencoba manusia sebelum engkau dan aku pernah merawat Bani Israil dengan perawatan yang sebenar-benarnya, karena itu kembalilah kepada Tuhan-mu dan mohon keringanan untuk ummatmu”. Nabi pun menjawab, “Aku telah memohon kepada Tuhanku hingga aku merasa malu, maka aku menerima dan menyerah”. Di saat aku kembali, ada seorang penyeru menyeru kepadaku, “Aku telah meluruskan fardluku dan telah meringankan kepada hamba-hambaku”.

*) Labu Hajar. Disebutkan di dalam kita An-Nihayah : Hajar ini ialah sebuah negeri didekat Madinah, bukan Hajar Bahrain. Kemudian digunakan lafal “Qilal” (labu / kendi besar) disini untuk menunjukkan banyak airnya. Dan dinamakan dengan qilal (jama’ dari qullah) adalah karena biasa dibawa dan diangkat. (dari shahih Ibu Hibban dengan Tahqiq oleh Ustadz Ahmad Muhammad Syakir).

**) Sungai Furat. Ustadz Ahmad Muhammad Syakir mengatakan : tidak diragukan lagi oleh orang yang berakal bahwa perkataan ini adalah majaz, yang dimaksud dengan dua sungai ini adalah karena tawarnya, baiknya dan barakahnya. Qarinah majaznya disini adalah qarinah aqliyah badihiyah dimana Rasulullah saw mnyaksikannya dengan Ilmul-Yaqin dan orang-orang yang mendengarnya pun menyaksikan bahwa sungai Furat berada di timur Hijaz sedangkan sungai Nil berada disebelah baratnya dan diantara keduanya terdapat padang yang luas membentang yang tidak mungkin keduanya itu dari muara yang sama di muka bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar